36 Jam di Jogja: Rekomendasi Itinerary Wisata dan Kuliner

Punya waktu 36 jam di Jogja? Tenang, ini dia itinerary singkat di Jogja tetap bisa penuh wisata seru dan kuliner lezat. Waktu singkat bukan berarti pengalaman terbatas. Dengan itinerary yang tepat, kamu tetap bisa menikmati keindahan wisata, kuliner khas, dan suasana lokal Jogja yang selalu dirindukan.
Jogja adalah kota yang tak pernah kehabisan daya tarik. Mulai dari wisata budaya, kuliner legendaris, sampai sudut-sudut tenang untuk bersantai—semuanya bisa kamu jelajahi bahkan dalam waktu singkat. Berikut rekomendasi itinerary 36 jam di Jogja yang padat, efektif, dan pastinya berkesan.
1. Wisata Budaya: Taman Sari & Kraton Yogyakarta
Perjalanan wisata di Jogja paling pas dimulai dari pusat sejarahnya. Langkahkan kaki ke Taman Sari, bekas taman air milik kraton yang penuh nuansa mistis dan artistik. Lorong bawah tanah dan kolam pemandian bangsawan jadi favorit para pengunjung dan pencinta fotografi.
Lanjutkan wisata budaya ke Kraton Yogyakarta, jantung sejarah dan budaya Jawa. Di sini, kamu bisa melihat langsung aktivitas abdi dalem, pertunjukan seni, hingga koleksi benda pusaka. Wisata sejarah ini jadi pembuka yang pas dalam itinerary Jogja-mu.
2. Sore di Alun-Alun Kidul & Kuliner Legendaris
Wisata Jogja tak lengkap tanpa mampir ke Alun-Alun Kidul (Alkid). Tempat ini selalu ramai menjelang sore dan malam, cocok untuk menyatu dengan suasana lokal. Coba berjalan di antara dua pohon beringin dengan mata tertutup, atau keliling naik sepeda lampu sambil mencicipi jajanan kaki lima.
Malam harinya, isi itinerary dengan mencicipi kuliner khas Sate Klathak Pak Pong. Berlokasi di Bantul, sate kambing muda yang ditusuk jeruji besi ini terkenal empuk dan gurih. Kuliner ini jadi favorit wisatawan yang mencari rasa otentik Jogja.
Jangan Terlewat! Oleh-oleh Gudeg Kaleng Bagong Khas Jogja:
- Gudeg Kaleng Bagong 300 gram Gratis Bubble Wrap
- Gudeg Kaleng Bagong 210 gram Beragam Varian
- Oseng Mercon Sapi Kaleng Bagong 210 gram HOT!
3. Ngopi Malam di Couvee
https://www.tiktok.com/@mariakilapong/video/7468599696248933637?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=7519051974467225096
Kalau kamu pencinta kopi, jangan lewatkan Couvee dalam itinerary wisata kulinermu. Coffee shop ini punya suasana modern dan nyaman, cocok buat ngobrol ringan atau rehat setelah seharian wisata di Jogja. Minuman andalan seperti Aren Latte dan Choco Series wajib dicoba!
Couvee juga sering jadi tempat favorit anak muda Jogja untuk nongkrong atau kerja remote. Suasana cozy-nya bikin kamu betah berlama-lama sambil menikmati malam Jogja.
4. Sunrise di Candi Prambanan & Mangut Lele Khas Jogja
Hari kedua itinerary dimulai lebih pagi dengan mengejar sunrise di Candi Prambanan. Sebagai candi Hindu terbesar di Indonesia, tempat wisata ini menyuguhkan pemandangan arsitektur klasik yang megah dan romantis saat pagi hari.
Setelah puas menjelajah candi, waktunya kulineran lagi. Coba Mangut Lele Mbah Marto, kuliner khas Jogja yang unik dan menggugah selera. Lele asap disiram kuah santan pedas disajikan langsung dari dapur tradisional—pengalaman wisata kuliner yang tak boleh dilewatkan.
5. Bawa Pulang Rasa Jogja Lewat Gudeg Kaleng Bagong
Apa arti liburan ke Jogja tanpa oleh-oleh? Di antara berbagai pilihan oleh-oleh khas, Gudeg Kaleng Bagong jadi favorit wisatawan karena praktis, tahan lama, dan tetap mempertahankan cita rasa autentik khas Jogja.
Dikemas dalam kaleng steril yang bisa bertahan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet, gudeg ini cocok banget buat kamu yang ingin berbagi rasa Jogja ke orang-orang terdekat. Isinya lengkap—nangka muda yang dimasak manis gurih, krecek pedas, hingga telur bacem—semua dalam satu kemasan yang tinggal panaskan dan santap.
Bukan cuma enak, Gudeg Kaleng Bagong juga mudah ditemukan: tersedia di berbagai pusat oleh-oleh, toko ritel modern, bandara, dan toko online resminya. Bentuknya yang ringkas bikin gampang dibawa, bahkan kalau kamu naik pesawat tanpa bagasi.
Kalau kamu hanya bisa membawa satu rasa pulang dari itinerary wisatamu di Jogja, biarkan Gudeg Kaleng Bagong yang jadi wakilnya. Karena Jogja bukan sekadar tempat—ia adalah rasa yang layak dibagi.