Cart 0 x

Asal-Usul Gudeg, Masakan Legendaris Khas Jogja

Asal-Usul Gudeg, Masakan Legendaris Khas Jogja

Gudeg dan Jogja selalu memiliki ikatan satu sama lain. Jika membicarakan Jogja pasti tak lepas dari pilihan salah satu kulinernya yang terkenal, yaitu Gudeg. Sebaliknya, jika membahas Gudeg pasti akan langsung mengarah ke Jogja sebagai daerah asal-usulnya. 

Siapa yang tak kenal dengan kuliner legendaris Kota Yogyakarta yang satu ini? Gudeg Jogja terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan cara direbus selama berjam-jam bersama gula kelapa dan santan memiliki cita rasa manis legit dengan perpaduan berbagai bumbu lain dan lauk yang bervariasi. 

Biasanya, Gudeg disajikan bersama dengan nasi putih, telur bacem, tahu atau tempe, ayam, dan sambal goreng krecek yang terbuat dari kulit sapi. Rasa manis dominan di gudeg berpadu dengan gurihnya lauk pauk sebagai pelengkap membuat lidah penikmatnya terasa nyaman dan tak akan melupakan Jogja. 

Gudeg Jogja sendiri terbagi ke beberapa jenis yang mengalami perkembangan seiring waktu berjalan. Gudeg kering adalah perkembangan dari Gudeg basah yang lebih banyak disiram kuah areh (santan kental berbumbu). Gudeg kering dimasak atau diciptakan agar dapat bertahan lebih lama dalam kurun waktu 24 jam. Sedangkan jenis lainnya adalah Gudeg Manggar yang dibuat dari bunga kelapa muda. 

Terbaru, Gudeg telah mengalami perkembangan menjadi makanan siap saji. Gudeg Kaleng bisa jadi opsi oleh-oleh yang menarik karena keunggulannya yang bisa tahan lama namun tak mengurangi cita rasa nikmat khas makanan Jogja. 

Nah, jika ditelusuri kira-kira bagaimana ya Gudeg Jogja pertama kali muncul? Siapa yang menemukan makanan legendaris yang satu ini hingga jadi salah satu kuliner khas Nusantara dan digandrungi banyak orang? Yuk simak sejarah Gudeg Jogja yang satu ini!

Jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya ada dua versi yang paling populer soal asal-usul ditemukannya Gudeg ini. Sejarah atau asal-usul Gudeg terbagi dalam dua pandangan di mana salah satunya menyebutkan bahwa Gudeg muncul dan ditemukan saat masa awal kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. 

Sementara pandangan lainnya mengungkapkan bahwa sebenarnya Gudeg telah lama ada sejak penyerbuan pertama pasukan Sultan Agung ke Batavia pada 1726-1728. Namun, versi kedua tersebut kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Di sisi lain, Gudeg juga telah tercatat jauh sebelum masa penyerbuan itu. Masakan Gudeg tercatat dalam sebuah karya sastra Jawa, yakni Serat Centhini. Pada masa 1600-an Raden Mas Cebolah yang sedang menginap di padepokan Pangeran Tembayat wilayah Klaten menjamu tamunya bernama Ki Anom dengan Gudeg dan berbagai makanan lainnya. 

Dikutip dari laman National Geographic, seorang profesor sekaligus peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT) di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Murdijati Gardjito mengungkapkan bahwa Gudeg Jogja telah lama muncul bersamaan dengan pertama kali dibangunnya Kerajaan Mataram Islam yang bertempat di alas Mentaok daerah Kotagede, Yogyakarta sekitar tahun 1500-an. 

Dalam bukunya berjudul “Gudeg Yogyakarta”, Murdijati menyebutkan bahwa dulu saat masa pembangunan di alas Mentaok, banyak pohon ditebang dengan mayoritas terdiri dari pohon nangka, kelapa, dan tangkil atau melinjo. Dari situ kemudian para pekerja mendapatkan ide untuk memasak dari bahan-bahan yang ada dengan jumlah yang sangat banyak. Hal itu karena jumlah pekerja yang juga begitu besar sehingga membutuhkan stok makanan yang melimpah. 

Proses pembuatannya dilakukan dengan cara mengaduk atau dalam bahasa Jawa disebut hangudekharus menggunakan alat pengaduknya yang seperti dayung perahu. Dari proses mengaduk (hangudeg) itu kemudian nama Gudeg sebagai kuliner khas Jogja kini dikenal oleh masyarakat luas. 

Sedangkan popularitas Gudeg meningkat dan bisa dinikmati oleh masyarakat luas saat pertengahan abad ke-19. Menurut Murdijati, sebelumnya di awal abad 19 ke belakang belum banyak orang yang berjualan Gudeg karena proses memasaknya yang relatif lama dan panjang. 

Saat itu bersamaan dengan awal berdirinya UGM di tahun 1940-an, para mahasiswa dari luar Jogja memilih Gudeg Kering sebagai oleh-oleh karena mempunyai ketahanan yang lebih lama. Pada masa pembangunan UGM itu pula yang kemudian menjadi pemicu munculnya sentra Gudeg di dekat kampus yang dikenal sebagai Kampung Mbarek.

Gudeg sebagai makanan legendaris telah eksis selama berabad-abad dan menjadi ikon tersendiri bagi Kota Yogyakarta. Keberadaan Gudeg tak lagi susah dicari dan bahkan bisa ditemukan saat berkunjung ke setiap sudut daerah Jogja. Perkembangan zaman yang pesat juga membuat Gudeg lebih variatif yang tentunya punya penikmat masing-masing. Kalau kamu, lebih suka Gudeg yang mana?